Sabtu, 14 Desember 2013

Life Traveler by Windy Ariestanty

Life TravelerLife Traveler by Windy Ariestanty
My rating: 4 of 5 stars

‘Where are you going to go?’ tanyanya sambil meletakkan secangkir teh hangat di meja saya.

‘Going home.’ Saya menjawab singkat sambil mengamati landasan pacu yang tampak jelas dari balik dinding-dinding kaca restoran ini.

‘Going home?’ Ia berkerut. ‘You do not look like someone who will be going home.’

Kalimat inilah yang membuat saya mengalihkan perhatian dari bulir-bulir hujan yang menggurat kaca. ‘Sorry. What do you mean?’




(Satu Malam di O’Hare)

***

Kadang, kita menemukan rumah justru di tempat yang jauh dari rumah itu sendiri. Menemukan teman, sahabat, saudara. Mungkin juga cinta. Mereka-mereka yang memberikan ‘rumah’ itu untuk kita, apa pun bentuknya.

Tapi yang paling menyenangkan dalam sebuah perjalanan adalah menemukan diri kita sendiri: sebuah rumah yang sesungguhnya. Yang membuat kita tak akan merasa asing meski berada di tempat asing sekalipun…

… because travelers never think that they are foreigners.



*****

“… Windy membuat buku ini istimewa karena kepekaannya dalam mengamati dan berinteraksi. Ia juga seorang penutur yang baik, yang mengantarkan pembacanya dalam aliran yang jernih dan lancar. Dan bagi saya, itulah yang melengkapkan sebuah buku bertemakan perjalanan. Pengamatan internal, dan tak melulu eksternal.”

—Dewi "Dee" Lestari, penulis



“Semua orang bisa pergi ke Vietnam, Paris, bahkan Pluto. Tapi, hanya beberapa saja yang memilih pulang membawa buah tangan yang mampu menghangatkan hati.

Windy berhasil menyulap perjalanan yang paling sederhana sekalipun jadi terasa mewah. Bahkan, celotehannya dalam kesendirian terdengar ramai. Ramai yang membuat nyaman.”

—Valiant Budi @vabyo, penulis

-----------------------------------------------------------------
Akhirnya saya bisa menyelesaikan perjalanan ini. Terimakasih untuk mbak Windy yang sudah mengajak saya jalan-jalan. Meskipun tidak mengalaminya secara langsung, rasanya saya dapat membayangkan saya berada disana bersama mbak Windy. Saya membaca Life Traveler ini cukup lama, atau bisa di bilang sangat lama (?). Bukan karena minat baca saya yang menurun, tapi lebih karena saya ingin menikmati setiap langkah saya dalam perjalanan kali ini.
Seperti yang dikatakan perempuan tua yang berasal dari Cina (Satu malam di O'Hare)'Home is a place where you feel more comfortable. Home is a place where you can be and find yourself' ingin sekali saya merasakan seperti itu, entah di perjalanan yang mana. 'rumah' dalam artian yag lain. Saya rasa semua orang pernah merasakannya.
Dan teruntuk Marjolein yang menyadarkan saya, bahwa di luar sana ada orang yang bahkan sangat merindukan Indonesia. Terimakasih. Saya bangga menjadi orang Indonesia!
Terimakasih telah mengajak saya mengintip Frankfurt Book Fair, rasanya ingin sekali suatu hari nanti saya bisa mnginjakkan kaki di sana.
Dan saya baru tahu kalo mbak Yunika itu temannya mbak Windy, hehe sedikit tahu juga perjalannya. Yang melakukan syuting video klip di pulau Jeju - saya langsung buka youtube - salut buat mbak Yunika!
Untuk perjalanan ke Kawah Putih, saya ingin sekali pergi kesana. Someday.
Sekali lagi terimakasih mbak Windy untuk perjalanannya :D

View all my reviews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar