Judul : Swiss: Little Snow in Zürich
Penulis : Alvi Syahrin
ISBN : 6022201055 (ISBN13: 9786022201052)
Pages : 308
Series : Setiap Tempat Punya Cerita #4
Penerbit : Bukune
Cetakan ke-2
My rating: 3 of 5 stars
Zürichsee –sebuah danau yang diatasnya berbaring kokoh sebuah dermaga yang terletak di daerah Bellerivestrasse di Distrik 8, bagian selatan Zürich– menjadi tempat favorit Yasmine. Tidak tahu siapa yang memulai permainan itu lebih dulu. Yasmine selalu mendapati anak laki-laki itu duduk di tepian dermaga. Dia lebih suka mengayun-ayunkan kakinya seakan-akan menantang air untuk menariknya. Diam-diam mereka berdua saling memperhatikan lewat sudut mata masing-masing. Diam-diam mereka berdua ingin mengabadikan satu sama lain dalam lensa masing-masing. Diam-diam mereka tersenyum malu dan semakin lebar.
Seperti saat ini.
Laki-laki itu sedang memandang Yasmine tanpa sekat. Melihat Yasmine yang sedang bekerja dengan kameranya. Selain suka melempar kerikil-kerikil ke danau, ia punya hobi baru : memandang gadis itu diam-diam. Ia suka cara Yasmine mengalungkan kameranya, memegangnya, menyejajarkan kamera dengan objek yang akan dipotret, dan mematung ketika menekan tombol shutter.
Hari ini, laki-laki itu tersenyum sekali lagi.
Saat itulah laki-laki itu mulai berani menyapanya. Laki-laki itu berbicara. Memperkenalkan dirinya, Rakel Steiner.
Waktu seolah berhenti ketika Yasmine memandang mata itu...dan senyum itu.
Yasmine, suka mengabadikan setiap momen yang dia punya lewat kamera miliknya. Tetapi, dia lebih suka memotret daripada dipotret. Hampir tidak ada self-potrait Yasmine dalam kamera miliknya.
“Aneh. Kau suka memotret, tapi tidak suka dipotret. Lagi pula, aku hanya bisa memotret benda hidup supaya hasil fotonya lebih hidup.” Rakel beralasan dengan cerdasnya. Sebenarnya, apa pun yang ia potret, hasilnya tidak akan pernah bagus. Ia pernah memotret sahabat lamanya, dan ia menekan tombol shutter saat sahabatnya itu sedang mengupil, atau sedang tertawa keras-keras sampai terlihat sangat jelek. Tapi, itu dulu, saat semuanya masih baik-baik saja.
Yasmine meninggalkan Indonesia, setelah kepergian Mom —yang menurut Yasmine terlalu cepat— dia bersama dengan ayahnya pergi ke Zürich, karena tidak ingin terpuruk hanya dengan mengingat ibunya. Yasmine bersekolah di gymnasium–setingkat SMA, lama sekolahnya empat tahun– tepatnya di Kantonsschul Rämibühl, salah satu gymnasium favorit di Zürich. Ada beberapa pelajaran yang mengharuskan Yasmine lebih meluangkan waktunya untuk belajar karena pelajaran tersebut tidak ada di Indonesia, oleh karena itu Yasmine meminta Elena dan Dylan—teman sekelas Yasmine— untuk belajar bersamanya setelah kelas berakhir. Itu adalah rutinitasnya sebelum dia mengenal Rakel. Karena setelah mengenal Rakel, Yasmine selalu lebih memilih untuk menghabiskan waktunya bersama Rakel di tempat favorit mereka berdua, dermaga.
Pertemuannya dengan Rakel di awal musim dingin tersebut terus berlanjut. Hingga Rakel mengajak Yasmine untuk menjalankan agenda musim dinginnya. Yasmine menunjukkan foto agenda musim dingin pertamanya dengan Rakel kepada Elena dan Dylan. Tak disangka ternyata Elena dan Dylan sama-sama terkejut. Yasmine yang melihat ekspresi mereka berdua merasa aneh.
Begitulah, Yasmine yang sudah jatuh cinta pada Rakel. Tanpa diketahui Yasmine, ternyata Rakel sedang membuatnya ikut masuk dalam masa lalunya.
Sedangkan Dylan, juga menyimpan rasa untuk Yasmine, entah kapan dia memulainya. Yang dia tahu, dia selalu gugup ketika bertemu dengan Yasmine.
Ia berharap Yasmine tidak sedang menyukai orang yang salah.
Elena dan Dylan yang menyadari bahwa Rakel membawa Yasmine ke dalam masa lalunya membuat keputusan bahwa Yasmine juga harus tahu kebenarannya.
Ternyata benar, Rakel membawa Yasmine masuk ke dalam masa lalunya—dia menggunakan Yasmine untuk kembali ke masa lalunya, kembali bersama adiknya, Kelly—, hingga dia sadar, kalau dia tidak bisa membawa Yasmine dan membuatnya menjadi lebih sakit....salju yang membekukan.Angin yang menusuk-nusuk tulang.
Jika cinta adalah dongeng indah,
Mengapa harus ada rasa sakit di dalamnya?
“Tapi, jika kau tidak ingin sakit hati lebih
dalam lagi, lebih baik kau
pulang...pergilah...”
Begitulah,
Yasmine akhirnya menjauhi Rakel, begitupun Rakel yang menjauhi Yasmine. Rakel yang
mencoba melupakan Yasmine mencoba memulai hubungan baru dengan gadis lain.
Sementara Yasmine juga mencoba untuk memulainya dengan Dylan.
Hingga pada
akhirnya tidak ada kecocokan diantaranya.
“Di antara musim-musim yang berganti, aku menemukan satu waktu untuk merenung, bahwa kita tidak pernah saling membenci, hanya saling merindu.”
Mereka sama-sama
menyadari siapa sebenarnya yang mereka rindukan, tentunya bukan pasangan
masing-masing yang saat ini bersama mereka. Yasmine bertemu dengan Rakel lagi
dan engakui bahwa dirinya merindukan Rakel. Ketika ibu Rakel memutuskan untuk
pindah ke New York karena melihat keterpurukan Rakel yang semakin dalam.
Kemudian Rakel memutuskan melanjutkan agenda musim dingin itu, bukan untuk
Kelly, melainkan untuk mereka berdua. Untuk Rakel, untuk Yasmine.
Agenda
selanjutnya adalah menolong orang di sekitar jalanan di sekitar Zürich, tetapi
mereka memutuskan untuk menolong diri mereka terlebih dahulu. Mereka memilih
untuk berdamai dengan hati masing-masing. Akhirnya, Rakel meminta maaf pada
sahabat lamanya, Elena dan Dylan. Keberangkatan Rakel ke New York pun semakin
dekat, Rakel dan Yasmine melanjutkan agenda musim dingin yang terakhir. Dan
keesokan harinya Rakel benar-benar meninggalkan Zürich. Tanpa ucapan selamat
tinggal.
“Pada akhirnya, untuk selamanya, perasaan tidak akan bisa berbohong dan dibohongi. Ia selalu ada di sana, memintamu untuk memperjuangkannya.”
Pada awalnya,
aku suka saat membaca prolog Swiss ini. Tapi nyatanya hanya berhenti sampai di
prolog. Baca sendiri, dan kalian akan tahu apa yang aku maksudkan :p
Dan aku
kembali menyukainya ketika bagian epilog :p
Menurutku,
Rakel terlalu egois. Hanya memikirkan perasaannya saja. Kesannya hanya Yasmine
yang jatuh cinta mati-matian pada Rakel. Hanya pendapatku saja sih.
Sementara Yasmine,
kupikir dia terlalu terburu-buru untuk jatuh cinta pada Rakel. Sekali lagi ini
pendapat pribadiku. Dan ketika Yasmine seringkali membandingkan Swiss dan
Jakarta. Nggg entah kenapa kurang suka aja sih.
Sangat salut
sama kak Alvin, karena mengupas Zürich secara mendalam. Aku suka setiap kali bercerita
dengan latar dermaga.
Secara keseluruhan,
buku ini merupakan bacaan yang ringan. Permasalahan yang diangkat dalam buku
ini mengenai masa lalu, persahabatan, dan akhirnya keputusan untuk berdamai
dengan hati masing-masing. Selamat menikmati! ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar