Sabtu, 14 November 2015

The Last 2% by Kim Rang

image source : here. edited by me.

Eun Jeongha, si ratu pemenang undian memang selalu beruntung. Kali ini dia mendapatkan hadiah menginap di hotel Arizona, hotel bintang lima yang sangat terkenal . Sayangnya dia masih kebingungan siapa yang akan diajak menginap bersamanya. Opsi pertama adalah temannya, Jini. Tetapi ternyata Jini harus menyelesaikan serial mini terbarunya di sebuah kondominium di Pulau Jeju –hal yang sebenarnya membuat Jeongha kehilangan semangatnya dan merasa sangat iri–. Opsi selanjutnya adalah pacarnyaMinsu, dia setuju dengan ajakan Jeongha tetapi ternyata Minsu menduakan Jeongha dengan perempuan cabai –karena pada saat Jeongha melihatnya dengan Minsu, perempuan tersebut membungkus dirinya dengan segala sesuatu yang berwarna merah, dari ujung kepala sampai ujung kaki–.


Pada akhirnya, Jeongha berangkat untuk menginap di hotel Arizona sendirian. Dia berfikir untuk menghubungi Kangho temannya dari kecil yang juga berasal dari daerah yang sama dengannya, Deoksan. Tetapi sayangnya Kangho tidak bisa menemaninya karena sedang bekerja. Kangho juga merupakan tetangga apartemennya. Sejak dulu, Kangho selalu ada untuk Jeongha.

Sementara Minsu terus menghubunginya, saking kesalnya ketika akhirnya Jeongha mengangkat telepon dari Minsu, Jeongha sampai harus berpura-pura bahwa dia bersama dengan seorang pria di kamar hotelnya.
“Tentu saja aku datang bersama dengan pria. Bagaimana mungkin aku datang ke hotel macam Arizona ini sendirian?”
Jeongha terus berpura-pura kalau dia benar-benar bersama dengan seorang pria. Dia berbicara dengan suaranya yang sengau seperti sedang melakukan sesuatu. Jeongha mengeluarkan suara-suara yang dipenuhi kenikmatan palsu. Minsu menutup teleponnya. Tanpa disadari Jeongha sedang bertatapan dengan seorang pria yang sedang berada di teras kamar sebelah. Jarak mereka hanya terpisah 50 cm. Jeongha yang tidak bisa menahan malunya, buru-buru masuk ke dalam kamar dan merutuki dirinya sendiri.

Ternyata tidak sampai disitu saja. Minsu benar-benar mendatangi Jeongha ke kamar hotelnya. Karena Jeongha tidak ingin berada di dalam kamarnya ketika Minsu datang, dia takut kalau Minsu akan mendobrak pintu kamarnya. Dia tidak ingin terjebak. Dan ketika Minsu akhirnya datang, tiba-tiba Jeongha mengetuk pintu kamar sebelah dengan penuh rasa putus asa. Akhirnya pria itu membukakan pintu. Pria itu, Hyeon Seongwoo –pria tampan dan seksi–. Seongwoo mengikuti permainan Jeongha dan ikut berakting.  Bahkan Seongwoo membawa Jeongha masuk ke dalam kamarnya dan membiarkan Jeongha sampai Minsu benar-benar pergi meninggalkan hotel Arizona.

Tanpa disadarinya, ternyata tas Jeongha ketinggalan di kamar Seongwoo. Ketika Seongwoo meletakkan tas itu di atas meja, dia menemukan ide bagus yang melintas di kepalanya. Dia membuka ponsel Jeongha lalu menghubungi nomornya sendiri. Kemudian dia menyimpan nomor Jeongha. Sementara itu, Jeongha baru menyadari tasnya tertinggal di kamar Seongwoo keesokan harinya tetapi dia bingung ketika memikirkan harus kembali bertemu dengan Soengwoo. Jeongha, yang sudah berniat untuk mengunjungi kamar Seongwoo terkejut ketika dia membuka pintu. Tas yang baru akan diambilnya tergantung di gagang pintu kamarnya. Jeongha kecewa. Dia tidak bisa bertemu dengan Seongwoo lagi.
Tak disangkanya, ternyata Seongwoo menghubungi Jeongha dan pria itu mengajak Jeongha bertemu. Dari situlah kisah cinta mereka dimulai –kembali–.
‘Aku ingin tahu, apa benar dia jatuh cinta padaku. Apakah memang cinta yang dia rasakan. Dan, sedalam apa rasa cintanya.’ – tapi Jeongha menahan semua pertanyaan itu. Benar-benar tidak sesuai dengan kepribadiannya.
“Kau tidak perlu alasan ketika menyukai seseorang. Begitupun cinta. Terjadi begitu saja.” Itulah bagaimana Jeongha menjawab pertanyaan Kangho ketika Kangho bertanya apakah Jeongha benar-benar menyukai Seongwoo.

Selain julukannya sebagai si ratu pemenang undian –percayalah, ternyata 90% isi apartemennya adalah hasil dari memenangkan undian– dia adalah seorang penulis, tepatnya adalah penulis naskah cerita bergambar. Karena itulah dia merasa iri dengan teman-temannya –Jini dan Oh Inyoung–
'Aku pasti bisa. Kalau aku tidak menyerah, aku pasti bisa mendapatkan apa yang kumau. Tidak mungkin perjalananku mulus. Pasti akan ada hal-hal tidak menyenangkan. Berharap saja tanpa berusaha tidak akan ada gunanya.'

Ketika Jeongha putus asa, ayahnya mengingatkan
“Tidak ada yang perlu kau khawatirkan, Tuan Putri. Ada orang-orang yang mendapatkan kesuksesannya dengan cepat, ada juga yang terlambat. Kau tidak perlu memikirkan kenapa teman-temanmu lebih cepat berhasil dibandingkan dirimu. Semua ada waktunya. Kau tinggal menunggu saja kapan itu akan datang untukmu.”

Jini sebagai penulis skenario mini seri yang sukses, sementara Oh Inyoung adalah penulis yang bisa dibilang paling sukses diantara keduanya. Inyoung bekerja sebagai penulis naskah film diperusahaan ternama, Walden Korea–sebuah perusahaan perfilman berskala besar yang pusatnya berada di Amerika–. Inyoung adalah teman yang mencuri naskah Jeongha, naskah tersebut menjadi pemenang dalam perlombaan tersebut. Itulah alasan yang membuat Jeongha merasa sangat kesal pada Inyoung.

Selain mengerjakan pekerjaannya sebagai penulis cerita bergambar, Jeongha juga seringkali mengikuti perlombaan menulis dan salah satunya dia mengikuti perlombaan yang didakan oleh Walden Korea. Inyoung yang sempat bertemu dengan Jeongha di toko buku menawarkan kalau dia akan membantu Jeongha dalam perlombaan tersebut, tetapi karena Jeongha sudah tidak mempercayai Inyoung lagi, dia hanya mengatakan kalau dia ingin menjadi pemenang karena usahanya sendiri. Inyoung yang tidak senang dengan keikutsertaan Jeongha dalam kompetisi tersebut akhirnya membuat banyak ulah. Tanpa disangka-sangka ternyata dia juga terlibat dalam tim penilaian perlombaan tersebut.

Kisah cinta antara Jeongha dan Seongwoo terus berlanjut dengan berbagai rintangan yang sebenarnya tidak begitu berarti, hanya saja mereka selalu tersulut dengan semua itu. Sering salah paham, tapi tidak membuat keduanya terlalu lama untuk saling marah. Ditambah lagi dengan Inyoung yang ternyata juga memiliki ketertarikan denga Seongwoo. dia terus mencuri-curi kesempatan untuk bisa terus dekat dengan Soengwoo meskipun terkadang memalukan. Seongwoo yang masih belum menceritakan bahwa dia adalah bagian dari Walden Group. Kangho yang tiba-tiba mengaku sesuatu pada Jeongha. Dan juga masalah Inyoung yang harus berurusan dengan empat penulis sekaligus.
“Apakah kau tahu 2% terakhir untuk mencapai cinta yang sempurna? Hari ini, besok, selamanya...menyambut pagi bersama dengan orang yang kita cintai.”


The Last 2% adalah novel dewasa. Tetapi ternyata meskipun buku ini berlabel novel dewasa, tidak diceritakan dengan gamblang atau jelas bagian-bagian dewasanya. Jadi, bagi kalian yang tidak suka dengan genre novel dewasa, jangan khawatir. Buku The Last 2% ini adalah buku terjemahan korea kedua yang aku baca setelah My Name is Kim Sam Soon dan ternyata aku lebih menikmati terjemahan buku ini ketimbang buku sebelumnya. Bahasanya mudah dipahami dan tidak membingungkan, karena seringkali ketika membaca buku terjemahan terkadang ada beberapa part yang membingungkan.

Buku ini mempunyai daya tarik sendiri, sebenarnya aku seringkali tertawa dengan tingkah laku para tokohnya. Tetapi terkadang bisa membuatku marah dan juga bahagia. Ending ceritanya yang mudah ditebak, pada akhirnya bagaimana. Tetapi, secara keseluruhan ceritanya tidak mudah ditebak kok hanyasaja ending-nya. Karena ternyata setelah aku membacanya sampai tuntas aku menemukan semua jawabannya –yang cukup membuatku terkejut–. Kupikir masalahnya akan lebih kompleks lagi, tapi ternyata hanya sekedar itu. Secara keseluruhan buku ini sangat menyenangkan untuk dibaca. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar