Senin, 09 November 2015

(Not) Alone in Otherland by Lia Indra Andriana, Fei, Andry Setiawan

Sebuah kisah perjalanan bahasa...


pict from pinterest edited by me

Seoul, Korea
Perjalanan bahasa di Seoul Korea merupakan perjalanan yang aku favoritkan. Tidak ada alasan tertentu, tapi entah kenapa aku lebih menikmati pada bagian ini. Meskipun sejujurnya aku lebih minat dengan Jepang (Tokyo).
Perjalanan bahasa di Seoul (Perjalanan 100 hari di Korea) membuatku banyak mengetahui tentang bagaimana budaya, perilaku, bahkan hal-hal sepele yang belum aku ketahui sebelumnya. Selain itu, perbedaan budaya setiap negara pun bisa kita ketahui karena di kelas bahasa di Seoul, Korea ini ada banyak murid lainnya, diantaranya kebanyakan dari Jepang dan China namun ada juga yang berasal dari Eropa. Mereka semua belajar bahasa Korea dengan alasan masing-masing, termasuk kak Lia.
Kembali lagi pada perbedaan perilaku yang beragam, seperti orang Jepang yang akan mengambilkan gelas dan tisu sebelum mereka makan dan akan mengambilkan untuk teman-temannya juga. Karena di Korea pada umumnya rumah makan atau kantin, minuman berupa air putih merupakan ‘self service’ yang artinya kamu harus mengambil sendiri.  
Ketika menyebutkan deskripsi setiap negara pun juga berbeda.
Orang Perancis mengatakan diri mereka romantis, orang China mengatakan mereka bersuara keras dan banyak bicara, orang Jepang mengatakan mereka pendiam dan suka memendam perasaan. Dan orang Indonesia (dalam hal ini kak Lia yang menjawab) suka basa basi, dan orang Jepang mengiyakan kalau sifat mereka seperti itu.
Orang China akan mengatakan ia mampu saat ia merasa mampu, ada kepercayaan diri di dalamnya. Sedangkan orang Jepang, meski ia mampu ia akan mengatakan ‘tidak kok, saya tidak bisa.’ Dan masih banyak perbedaan-perbedaan lainnya yang membuatku memahami dan lebih menghargai orang-orang dari negara lain.
Di Korea, hubungan antara guru dengan murid pun sangat dekat, tidak ada sekat antara guru dengan muridnya. Sehingga para murid bisa menjadi lebih nyaman dan akrab dengan guru. Guru-guru maupun profesor di Korea sering mengajak murid atau mahasiswanya untuk makan bersama hal yang tidak pernah ditemukan di Indonesia.
Dan tentunya, di Korea banyak sekali kedai coffe shop bertebaran, karena kamu bisa menemukan coffe shop setiap 100 meter. Di coffe shop, kamu boleh duduk berjam-jam meski kopi yang kamu pesan sudah habis. Seandainya di Indonesia juga banyak kedai kopi yang nyaman dan buka 24 jam mungkin akan lebih nyaman untuk para pelajar maupun mahasiswa (terutama) untuk belajar bersama di kala musim ujian.
Masih banyak lagi kebiasaan-kebiasaan di Korea yang lainnya dan juga karakteristik orang dari berbagai negara.

 “Orang yang tidak takut melakukan kesalahan, akan cepat sekali mempelajari sesuatu. Belajar bahasa juga begitu. Kebanyakan orang akan malu saat mengucapkan bahasa yang masih belum dikuasai.”

“Kalau kita takut melakukan kesalahan, selamanya kita akan berjalan di tempat.”

Shanghai, China
Yang membuatku tertarik di Shanghai ini adalah bagaimana pemesanan air galonnya. Hihihi sangat efisien dan solutif. Jadi, pembeli hanya perlu menyebutkan alamat pengiriman sekali saja di awal pemesanan, selanjutnya cukup menyebutkan berapa jumlah air galon yang dipesan serta mau dikirim pagi atau sore. Karena mereka suah bisa mendeteksi alamat pemesan dengan hanya melihat pada nomor telepon mereka.
Keterbatasan bahasa yang dimiliki kak Fei pun menjadi kendala ketika berbicara dengan penduduk lokal. Banyak pengalaman yang kak Fei dapatkan ketika dia harus mengahadapi penduduk lokal dengan keterbatasan bahasa tersebut yang terkadang membuatku tertawa bahkan ikut merasa kesal.
“ Bahasa memang sarana utama dalam berkomunikasi. Tanpanya, mungkin banyak kesalahpahaman bisa terjadi. Tetapi, adakalanya tidak mengerti justru lebih baik.”

Di kelas bahasa Mandarin, kak Fei ditunjuk menjadi ketua kelas yang mengharuskannya memahami karakter masing-masing orang karena dengan begitu dia bisa mencairkan suasana kelas. Dan ternyata sapaan sesimpel ‘halo’ dalam berbagai bahasa merupakan jurus yang sangat ampuh untuk membuka pembicaraan, juga jalan pertemanan dengan orang-orang dari berbagai negara.
Banyak pelajar dan mahasiswa di China yang suka menghabiskan waktu di perpustakaan pada saat weekend. Jadi tidak heran jika perpustakaan akan selalu ramai, tidak hanya itu, perpustakaan di sana (tepatnya di perpustakaan Wuchuan Campus) super besar dan juga modern. Selain itu, koleksi di sana sangat lengkap, mulai dari buku zaman entah kapan, sampai buku-buku modern. Buku-buku leteratur sastra klasik, ekonomi, psikologi, sampai novel-novel pop juga ada di sana.
Alasan perpustakaan bisa begitu ramai di weekend adalah beberapa sengaja datang ke perpustakaan untuk numpang tidur karena di dalam tidak berisik, juga ada AC. Beberapa untuk numpang pacaran, tetapi memang kebanyakan datang untuk belajar. Banyak yang datang pagi-pagi dan baru pulang saat malam hari. Bhakan, menjelang dan saat musim ujian biasanya sejak pagi-pagi perpustakaan belum buka pun sudah banyak yang mengantre di depan pintu.

Dan masih banyak fakta menarik lainnya yang aku dapat dari buku ini.

Tokyo, Jepang
Kak Andry memperoleh beasiswa kuliah di Jepang dan dilanjutkan dengan bekerja di sana. Awal keberangkatan kak Andry yang begitu hampa.
“Kadang, kita tidak mau keluar dari zona nyaman kita. Kadang, kita tidak mau menyerah begitu saja dan mempertahankan apa yang sedang kita miliki sekarang. Padahal di luar sana, masih ada banyak hal yang mungkin lebih bagus, lebih baik, dan lebih indah dibandingkan dengan apa yang sekarang kita miliki. Kalau saja, kita mau merelakan zona nyaman kita...”

Sesampainya di Jepang, kak Andry disambut oleh seniornya yang kemudian menjelaskan mulai dari placement test sampai dengan cara penggunaan toilet.
Pemakaian toilet di Jepang perlu penjelasan khusus karena toilet jepang termasuk toilet kering. Selain itu, tempat duduk toilet Jepang dilengkapi dengan fungsi yang beraneka ragam. Beberapa toilet bahkan memiliki dryer dan penghilang bau.
Selain itu ada juga tradisi bagaimana orang Jepang memakan buah semangka saat musim panas dan juga hal lainnya yang berkaitan dengan aturan, budaya, tata cara dan peraturan tak tertulis.
Di buku ini juga disuguhkan perjalanan kak Andry ke bagian lain di Jepang. Perjalanan yang menemukan kak Andry dengan kakak-adik yang juga sedang dalam perjalanan. Dan kak Andry sepertinya sangat menikmati perjalanan tersebut.
“Saya menikmati perjalanan ini!Saya menikmati pertemuan dengan berbagai orang ini! Saya pikir saya butuh motivasi besar untuk bertemu dan berkenalan engan orang baru. Tetapi nyatanya, saya menyukainya! Saat saya saar, saya sudah menikmati diri saya yang baru.Dan saya bisa melakukan ini seumur hidup saya.”
Sama seperti perjalanan lainnya. Perjalanan di Tokyo ini juga mempunyai kesan yang mendalam dan keunikan tersendiri. Baca sendiri untuk lebih detailnya.

Belajar bahasa akan sangat menyenangkan ketika kita belajar bahasa di tempat asalnya. Karena bahasa merupakan dasar untuk berkomunikasi dan membuat kita mengenal satu sama lain, mulai dari budaya, kebiasaan, tata cara dan sebagainya. Tidak ada yang salah jika kita keluar dari zona nyaman kita, proses tersebut akan membuat kita belajar banyak hal dan tentunya banyak hal-hal baru yang bisa kita dapatkan. Overall, aku suka dengan buku ini dan bagaimana setiap author nya menceritakan perjalanan mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar